Langsung ke konten utama

Pemikiran Islam: Faktor internal & eksternal

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Berbicara ruang lingkup Pemikiran Islam, maka tidak terlepas dari mana Islam tersebut lahir. Tanah Arab adalah cikal bakal tumbuh dan berkembangnya agama Islam, sehingga untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pemikiran Islam, maka perlu kiranya menelisik sumber aslinya hingga masa sekarang.
Ketika masa Nabi Muhammad SAW masih hidup, masalah-masalah yang timbul di kalangan masyarakat diselesaikan oleh wahyu, atau oleh Nabi Muhammad sebagai manusia yang memperoleh otoritas tasyri (menetapkan hukum). Dengan bergulirnya waktu sejarah umat Islam mewarisi sebuah peradaban kuno yang besar di abad ke-20 dalam beberapa dekade sekarang, dunia Arab sedang melakukan modernisasi berbagai aspek kemasyarakatan.
Pemikiran dalam Islam lahir tidak bersamaan dengan kedatangan Islam, tetapi jauh sesudahnya. Pemikiran Islam lahir setelah melalui proses sejarah yang panjang. Ia berangkat dari kepentingan-kepentingan setelah wafatnya Rasulullah Muhammad SAW. Pada masa Rasulullah SAW, kaum Muslim tidak mengalami masalah berat ketika berhadapan dengan masalah akidah, ibadah dan muamalah, karena setiap masalah yang muncul dapat diajukan langsung kepada beliau dan diselesaikan dengan turunnya wahyu atau oleh Nabi Muhammad sebagai manusia yang memperoleh otoritas tasyri (menetapkan hukum). Namun setelah Rasulullah SAW wafat pada tahun 632 M, kaum Muslim mulai menghadapi berbagai masalah, khususnya masalah suksesi. Masalah yang paling awal adalah, siapakah pengganti rasul dalam memimpin umat? Pengganti Nabi Muhammad SAW sebagai rasulullah tidak mungkin ada, karena beliau adalah nabi akhir zaman, tetapi pengganti Nabi Muhammad SAW sebagai kepala negara menjadi penyebab munculnya berbagai macam pendapat dari kalangan sahabat. Sehingga keputusan yang diambil tidak memuaskan semua pihak.
Dari sinilah muncul cikal bakal lahirnya pemikiran-pemikiran baru dari para sahabat. Jawaban dari masalah awal, pengganti nabi, akhirnya tercapai dengan kesepakatan. Sebagaimana diketahui, tampuk kepemimpinan (khalifah) diserahkan kepada Abubakar As-Shiddiq. Dua tahun kemudian, beralih ke Umar bin Khattab. Setelah itu, berpindah ke Utsman bin Affan. Terakhir, dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib. Dengan corak kepemimpinan berbeda-beda yang kemudian mereka ini disebut Khulafaur Rasyidin. Namun permasalahan yang ditimbulkan oleh perdebatan tersebut adalah hal-hal yang berkaitan dengan ketauhidan yang dikenal dengan Teologi Islam (Ilmu Kalam).
Pemikiran Islam secara garis besar terbagi kedalam tiga pokok bahasan utama yaitu Teologi Islam, Filsafat Islam, dan Tasawwuf. Ketiga ajaran tersebut tentu tidak lahir secara kebetulan atau spontan. Kelahirannya pasti memiliki sebab.
Kajian agama erat hubungannya dengan kajian filosofis, lantaran agama juga menyangkut fundamental value dan ethnic values, untuk tidak semata mata bersifat teologis. Hal demikian dapat dimaklumi, lantaran pendekatan legal-formal  dan lebih-lebih lagi pendekatan fiqh jauh lebih dominan dari pada pendekatan yang lainnya.
Baik ilmu kalam,filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya.
Perbedaannya terletak pada aspek metodeloginya. Ilmu kalam, ilmu yang menggunakan logika. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika ( dialog keagamaan ). Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Dan metode yang digunakan adalah rasional. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang menekankan rasa dari pada rasio. Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang datang dari Tuhan.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan pokok bahasan yang akan diuraikan dalam makalah ini sebagai berikut:
1.      Bagaimana kronogi lahirnya Ilmu Kalam ?
2.      Bagaiman kronologi lahirnya Filsafat Islam ?
3.      Bagaiman kronologi lahirnya Ilmu Tasawwuf ?
4.      Apa hubungan antara Ilmu Kalam, Filsafat Islam, dan Tasawwuf ?
C.    Tujuan Penulisan
Makalah ini memiliki tiga tujuan yaitu untuk :
1.      Mengetahui kronologi lahirnya Ilmu Kalam
2.      Mengetahui kronogi lahirnya Filsafat Islam
3.      Mengetahui kronologi lahirnya Ilmu Tasawwuf
4.      Mengetahui hubungan antara Ilmu Kalam, Filsafat Islam, dan Tasawwuf

















BAB II
PEMBAHASAN
A.                Ilmu Kalam
Ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Jika pembicaraan ilmu kalam hanya berkisar pada keyakinan-keyakinan yang harus di pegang oleh umat islam, tanpa argumentasi rasional, ilmu ini lebih spesifik mengambil bentuk sendiri dengan istilah ilmu tauhid atau ilmu ‘aqa’id. Pembicaraan materi-materi yang tercakup dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh dzauq ( rasa rohaniah).
1.      Pengertian
 Sebelum kita jauh lebih lanjut membahas tentang sejarah lahirnya Ilmu Kalam, maka alangkah baiknya kita memahami terlebih dahulu pengertian Ilmu Kalam sesuai yang dipaparkan oleh para ahli.
Menurut Syekh Muhammad Abduh dalam buku Sahilun A.Nasir yang berjudul Pengantar Ilmu Kalam, menuliskan bahwa Ilmu Kalam atau yang juga dikenal dengan Ilmu Tauhid yaitu :
Ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib tetap bagi-Nya, sifat-sifat yang jaiz disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib ditiadakan dari pada-Nya. Juga membahas tentang Rasul-rasul Allah untuk menetapkan kebenaran risalahnya, apa yang wajib ada pada dirinya, hal-hal yang jaiz dihubungkan (dinisbatkan) pada diri mereka dan hal-hal yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.[1]

Ibnu Khaldun mengatakan  bahwa ilmu Kalam ialah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunnah.[2]

Sangat banyak pakar yang mengutarakan tentang pengertian ilmu Kalam tapi pada umumnya pendapat mereka sama. Jadi penulis dapat menarik benang merah dari pendapat para ahli bahwa ilmu Kalam adalah ilmu yang mempelajari tenta Allah, sifat-sifa-Nya, kehendak-Nya, keberadaan-Nya, serta kekuasaan-Nya.
Ilmu kalam ini memiliki beberapa nama lain yaitu:
1.      Ilmu Tauhid. Ilmu ini membahas tentang keesaan Allah
2.      Ilmu Ushuluddin. Ilmu ini membahas tentang prinsip-prinsip agama Islam
3.      Ilmu Aqidah atau Aqo’id. Ilmu membahas tentang kepercayaan Islam.[3]
2.      Faktor-faktor lahirnya ilmu Kalam
Kita tidak akan mampu memahami ilmu Kalam dengan baik jika tidak memahami faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya, kejadian-kejadian politis dan historis yang menyertai pertumbuhannya. Banyak faktor yang mempengaruhinya tetapi dapat digolongkan kepada dua bagian, yaitu faktor internal (faktor-faktor yang datang dari tubuh Islam dan kaum Muslimin sendiri) dan faktor ekternal (yang datang dari luar mereka karena adanya kebudayaan-kebudayaan lain dan agama-agama yang bukan Islam.
a.      Faktor Internal
Faktor internal ini juga terbagi kedalam beberapa bagian yaitu:
1)    Golongan yang mengingkari agama dan  adanya Tuhan dan mereka mengatakan bahwa yang menyebabkan kebinasaan dan kerusakan hanyalah waktu saja. Hal ini dijelaskan oleh Allah swt dalam al-Qur’an surah al-Jasiyah ayat 24.
(#qä9$s%ur $tB }Ïd žwÎ) $uZè?$uŠym $u÷R9$# ßNqßJtR $uøtwUur $tBur !$uZä3Î=ökç žwÎ) ã÷d¤$!$# 4 $tBur Mçlm; y7Ï9ºxÎ/ ô`ÏB AOù=Ïæ ( ÷bÎ) öLèe žwÎ) tbqZÝàtƒ ÇËÍÈ
Artinya : 
Dan mereka berkata: "Kehidupan Ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.

2)      Golongan-golongan syirik, yang menyembah bintang-bintang, bulan, matahari, mempertuahankan Nabi Isa dan ibunya, yang menyembah berhala-berrhala. Sebagaiman firman Allah dalam surah Asy-syu’ara ayat 71
(#qä9$s% ßç7÷ètR $YB$uZô¹r& @sàoYsù $olm; tûüÏÿÅ3»tã ÇÐÊÈ
Artinya: Mereka menjawab: "Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya".
3)      Golongan-golongan yang tidak percaya akan keutusan nabi-nabi dan tidak mempercayai kehidupan kembali di akhirat nanti. Sebagaiman firman Allah dalam surah al-Anbiya’ ayat 38
šcqä9qà)tƒur 4ÓtLtB #x»yd ßôãuqø9$# bÎ) óOçFZà2 šúüÏ%Ï»|¹ ÇÌÑÈ
Artinya:
Mereka berkata: "Kapankah janji itu akan datang, jika kamu sekaIian adalah orang-orang yang benar?"
4)      Golongan yang mengatakan bahwa semua yang terjadi di dunia ini adalah dari perbuatan Tuhan semuanya dengan tidak ada campur tangan manusia. Mereka ini adalah orang-orang munafik. Sebagaiman firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 135
šúïÏ%©!$#ur #sŒÎ) (#qè=yèsù ºpt±Ås»sù ÷rr& (#þqßJn=sß öNæh|¡àÿRr& (#rãx.sŒ ©!$# (#rãxÿøótGó$$sù öNÎgÎ/qçRäÏ9 `tBur ãÏÿøótƒ šUqçR%!$# žwÎ) ª!$# öNs9ur (#rŽÅÇム4n?tã $tB (#qè=yèsù öNèdur šcqßJn=ôètƒ ÇÊÌÎÈ
Artinya:
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri[229], mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.

[229]  yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana mudharatnya tidak Hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana mudharatnya Hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil.

5)      Ketika kaum Muslimin mulai memperluas wilayahnya, maka mulailah mereka mendiskusikan persoalan-persoalan qadar baik dan buruk serta perintah untuk menjalankan perintah Allah. Mereka mulai mengumpulkan yat-ayat al-Qur’an lalu memfilsafatkannya. Adapun ayat-ayat yang dikumpulkan tersebut diantaranya adalah QS.Al-Baqarah,2:6, Al-Mudatsir,74:17, dan At-Taubah, 9:3.
6)      Masalah politik internal Islam juga menjadi penyebab munculnya Ilmu Kalam. Sebagai contoh yaitu persoalan pimpinan pemerintahan negara atau yang dikenal dengan istilah  Khalifah. Ketika Rasulullah saw wafat, beliau tidak menununjuk pengganti sebagai penerus pimpinan negara. Karena masalah inilah yang menyebabkan terjadinya perselisihan antara kaum Muhajirin dan Ansar yang masing-masing menginginkan agar pengganti Rasulullah dari pihak mereka. Namun pada akhirnya Abu Bakar r.a. Dibaiat sebagai khalifah oleh Umar r.a. yang dapat diterima oleh kaum muslimin yang tadinya berselisih. Khalifah setelah Abu Bakar r.a adalah Umar bin Khattab r.a kemudian Usman bin Affan r.a.
Peristiwa terbunuhnya Usman.ra merupakan titik awal menguaknya perselisihan bahkan peperangan di antara kaum Muslimin, sebab sejak saat itu banyak umat Islam mengatakan bahwa kematian Usman adalah kebenaran bagi pembunuhnya, karena telah memusnahkan orang kafir. Namun di pihak lain mengatakan bahwa pembunuhan Usman r.a adalah kejahatan besar dan pembunuh-pembunuhnya adalah kafir karena Usman adalah khalifah yang sah dan prajurit yang setia. Penilaian ini saling bertentangan yang pada akhirnya berkembang menjadi fitnah dan peperangan pun terjadi ketika Ali r.a menjadi khalifah.
Peperangan yang terjadi pada saat itu menimbulkan persoalan-persoalan besar. Peperangan yang dihubungkan dengan kematian Usman r.a, lalu beralih kepersoalan iman dan hakikatnya, bertambah atau berkurangnya, soal imamah, dosa,dan lain sebagainya. Inilah sebab lahirnya ilmu Kalam yang timbul dari tubuh Islam.
b.      Faktor eksternal
Faktor eksternal yang datangnya dari luar tubuh Islam juga terdiri dari beberapa hal yaitu:
1)      Banyaknya muallaf yang dulunya merupakan pemuka agama di agama sebelumnya, lalu masuk Islam kemudian juga menjadi Ulama. Mereka lalau mencampur adukkan antara ajaran agamanya yang terdahulu ke dalam ajaran Islam.
2)      Golongan Islam dahulu terutama muktazilah yang memfokuskan penyiaran Islam dan membantah ajaran-ajaran yang memusuhi Islam. Golongan muktazilah ini dihadapkan dengan lawan-lawan yang ahli dalam bidang filsafat. Maka untuk menang melawan lawannya, mereka harus memahami terlebih dahulu ajaran mereka, yaitu filsafat.
3)      Umat Islam mulai mempelajari logika dan filsafat demi mengimbangi lawan-lawanya. Logika dan filsafat yang mereka pelajari adalah masalah ketuhanan.
Dari pemaparan di atas tentang faktor-faktor penyebab lahirnya Ilmu Kalam, maka dapat dipahami bahwa ilmu Kalam ini berisikan teori-teori filsafat.

B.                 Filsafat Islam
Dalam sejarah pemikiran Islam filsafat digunakan dalam berbagai kepentingan. Para ahli teologi Islam rasionalis misalnya menggunkan filsafat sebagai benteng dalam melindungi keimanan, khususnya dalam melawan para cendekiawan Yahudi dan Nasrani. Para filsafat muslim mencoba memadukan antara dasar-dasar keagamaan Islam dengan akal mereka.
Filsafat dalam Islam diketahui merupakan sintesa (pengembangan) dari filsafat Yunani, hal ini nampak dari para filosof Islam yang banyak mengambil pemikiran Aristoteles, Plato, Phytagoras, Plotinus dan beberapa filosof lainnya yang merupakan founding dalam dunia filsafat. Hal ini jugalah yang kemudian banyak mempengaruhi pemikiran mereka. Sebelum kita jauh melangkah, maka terlebih dahulu perlu diuraikan pengertian filsafat itu sendiri.
Pemikiran filsafat Islam lebih luas dari sekedar terbatas pada aliran-aliran Aristotelisme Arab saja. Karena pemikiran Filsafat Islam telah muncul dan dikenal dalam alira-aliran teologis (Kalamiah) sebelum orang-orang paripatetik. Dalam ilmu Kalam terdapat Filsafat, sedangkan filsafat benar-benar menukik dan dalam. Artinya, filsafat hanya fokus pada filsafat saja tanpa berpikirkalamiah. Maka hadirlah filsafat Islam yang saling menghubungkan antara Filsafat dan Kalam.
Filsafat Islam merupakan sumber pengetahuan sekaligus pusat kajian keislaman yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakan adalah rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan akal budi secara radikal ( mengakar ), intelegral ( menyeluruh ) dan universal ( mengalam ), tidak terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangan nya sendiri yang bernama logika. Dan berpijak dari akal pikiran dan kesadaran akan wujud diri sendiri.
Dari segi pembinaannya, filsafat sejak semula sudah tumbuh diyunani dalam keadaan utuh dan lengkap, sehingga ketika diterima kaum muslim tinggal memberi penjelasan-penjelasan dan mempertemukannya dengan kepercayaan-kepercayaan Islam.
Pengaruh filsafat Yunani inilah yang kemudian menjadia kontrofersi seputar filsafat dalam Islam, karena diketahui jauh sebelumnya bahwa para filosof  Yunani adalah termasuk orang-orang pagan (musyrik) penyembah bintang, bukan sebagaimana para ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) yang telah memiliki dasar dalam mengenal Tuhan.
Hakikat ajaran Islam banyak berpengaruh terhadap perkembangan kebudayaan dan peradaban ummatnya. Kekhawatiran terhadap dogmatisme agama sebagaimana diatas yang menghambat perkembangan kebudayaan masyarakat hampir tidak terjadi.
Akan tetapi malah sebaliknya, dogma-dogma dalam Islam sangat sedikit jumlahnya. Ayat-ayat Al Qur’an yang mununjukkan dogma-dogma kurang lebih 500 ayat, atau kurang dari 8 persen yang mengandung ajaran tentang kehidupan manusia didunia dan diakhirat. Begitu halnya dengan hadist-hadist Rasulullah SAW. Hanya sedikit yang mutawatir yang mengandung pengajaran yang demikian.
Perkembangan masyarakat Islam sepeninggal Rasulullah SAW. Sangatlah pesat sekali. Pesatnya  perkembangan itu juga diikuti dengan masalah-masalah keagamaan yang menyertai. Jika dahulu dimasa kepemimpinan Rasulullah selalu dengan mudah memecahkan segala permasalah yang terjadi pada ummat Islam, karena selain wahyu yang pada saat itu masih diturunkan, Ijtihat rasul pun adalah sangat terjamin keshahihannya karena beliau adalah manusia yang terjaga dari kesalahan (maksum). Keadaan yang berbeda ketika memasuki kepemimpinan Khulafaur Rasyidin dan masa kekhalifahan. Dalam memecahkan permasalah yang terjadi pada saat itu, meski sudah memakai Al Quran dan Hadist-hadist rasul, para sahabat, tabiin, tabiit tabiin, dan para ulama sering kali tidak menemukan dalilnya, terkadang menemukan tetapi kurang relevan dengan apa yang dihadapi. Oleh sebab itu seringkali mereka menggunakan ijtihadnya sendiri, meninggikan fungsi akal dalam memahami dan mentakwilkan wahyu dan hadist, sehingga terjadi titik temu antara keduanya, antara wahyu yang suci dengan kekuatan serta kemaksimalan akal manusia.
Kekuasaan Islam yang terus berkembang dan meluas keberbagai penjuru, memaksa terjadinya banyak ijtihad yang bermacam-macam, karena bermacam-macam pula kehidupan dan budaya  yang dihadapi di daerah kekuasan barunya itu.
Dengan demikian filsafat Islam memberi kebebasan berfikir kepada kaum muslim untuk menggunakan akalnya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan dengan tetap berlandaskan pada al-Qur’an, sebagaiman firman Allah SWT dalam al-Qur’an surah az-Zumar ayat 18:
tûïÏ%©!$# tbqãèÏJtFó¡o tAöqs)ø9$# tbqãèÎ6­Fusù ÿ¼çmuZ|¡ômr& 4 y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# ãNßg1yyd ª!$# ( y7Í´¯»s9'ré&ur öNèd (#qä9'ré& É=»t7ø9F{$# ÇÊÑÈ
Artinya:
“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya[1311]. mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal”.
Maksudnya ialah mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al Quran dan ajaran-ajaran yang lain, tetapi yang diikutinya ialah ajaran-ajaran Al Quran Karena ia adalah yang paling baik.
C.                Tasawuf
Pertama-tama perlu dikemukakan oleh Abul Wafa’ al-Taftazani yang dikutip oleh Asmaran dalam bukunya yang berjudul Pengantar Studi tasawwuf bahwa tasawuf secara umum adalah falsafah hidup dan cara tertentu dalam tingkah laku manusia dalam merealisasikan kesempurnaan moral, pemahaman tentang hakikat realitas dan kebahagiaan rohaniah.[4]
Tasawwuf adalah merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan, secara historis dengan teologis akhlak tasawwuf tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup umar agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad SAW. Adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima.
Khazanah pemikiran dan pandangan di bidang akhlak dan tasawwuf itu kemudian menemukan momentum pengembangan dalam sejarah, antara lain ditandai oleh munculnya sejumlah besar ulama tasawwuf dan ulama di bidang akhlak.
Pada mulanya tasawuf merupakan perkembangan dari pemahaman tentang makna-makna intuisi-intuisi Islam. Sejak zaman sahabat dan tabi’in kecenderungan orang terhadap ajaran Islm secara lebih analistis sudah muncul. Ajaran Islam dipandanga dari dua aspek, yaitu aspek lahiriah (seremonial) dan aspek batiniah(spritual), atau aspek “luar” dan aspek “dalam”. Pendalaman dan aspek dalamnya mulai terlihat sebagai hal yang paling utama, namun tanpa mengabaikankan aspek luarnya yang dimotifasikan untk membersihkan jiwa. Tanggapan perenungan mereka lebih berorientasi pada aspek dalam, yaitu cara hidup yang lebih mengutamakan rasa, keagungan tuhan dan kebebasan egoisme.
Tentang  kapan awal munculnya tasawuf, Ibnul Jauzi  mengemuka­kan,  yang pasti, istilah sufi muncul sebelum tahun 200 H.  Ketika pertama  kali  muncul, banyak orang yang  membicarakannya  dengan berbagai ungkapan. Tasawuf dalam pandangan mereka  merupakan  latihan jiwa dan usaha mencegah tabiat dari akhlak-akhlak yang hina lalu membawanya ke akhlak yang baik, hingga mendatangkan pujian di dunia dan pahala di akhirat.
Ada yang mengatakan tasawuf dari kata “shafa”, artinya suci, bersih, atau murni. Karena dari segi niatnya maupun tujuannya setiap tindakan kaum sufi, dilakukan dengan niat suci untuk membersihkan jiwa dalam mengabdi kepada Allah SWT. Ada juga yang menyatakan bahwa ahl ash-shuffah adalah komunitas yang hidup pada masa Rasulullah, dan senantiasa menyibukkan diri untuk beribadah kepada Allah.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya U’lum Ad-Din menyebutkan, Tasawuf adalah budi pekerti. Berarti ia memberikan bekal bagimu atas dirimu dalam tasawuf. Hamba yang jiwanya menerima (perintah) untuk beramal karena mereka melakukan suluk dengan petunjuk islam, orang-orang zuhud yang jiwanya menerima perintah untuk melakukan sebagian akhlak, karena mereka telah melakukan suluk dengan petunjuk (nur) imannya. Mereka memiliki ciri khusus dalam aktivitas dan ibadah mereka, yaitu atas dasar kesucian hati dan untuk pembersihan jiwa dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mereka adalah orang yang selalu memelihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat.
Faktor-faktor lahirnya tasawuf dipengaruhi banyak hal yaitu:
1.      Beberapa Asumsi
Asumsi-asumsi ini merupakan faktor eksternal. Adapun asumsi yang dimaksudkan yaitu bahwa tasawuf dalam Islam berasal dari ajaran Kristen (Nasrani), teori Filsafat, Unsur India, dan Unsur Persia
2.      Firman Allah SWT
Dari al-Qur’an dan al-Sunnah inilah kaum sufi pertama-tama merujukkan pendapat mereka tentang moral dan amalan-amalan yang harus dijalankan. Juga latihan-latihan rohaniah yang mereka susun kemudian mereka realisasikan dengan tujuan hidup tasawuf
3.      Kehidupan dan Sabda Rasulullah SAW beserta para Sahabat.
Umat Islam yang kemudian menjadi sufi pada awalnya melihat kehidupan Rasulullah yang dibagi menjadi dua fase yaitu fase sebelum beliau menjadi Rasul dan Fase ketika beliau telah menjadi Rasul. Umat Islam melihat bagaimana kehidupan Muhammad (sebelum menjadi Rasul) sepeninggal Ayahnya, Ibunya, dan Kakeknya. Kemudian fase ketika beliau telah diangkat menjadi Rasul. Tata cara kehidupan beliau serta sabdanya menjadi cerminan hidup para sufi. Begitu pula dengan kehidupan para sahabat beliau yang termasuk dalam Khulafa ar-Rasyidin.
4.      Dari Gerakan Hidup Zuhud menjadi Ajaran Tasawuf
Suatu kenyataan sejara bahwa kelahiran tasawuf bermula dari gerakan hidup zuhd. Dengan istilah lain bahwa cikal bakal aliran tasawuf adalah gerakan hidup zuhd. Hal ini diawali dari terjadinya politik sosial dalam tubuh Islam pada abad pertama Hijriyah. Ketika itu sebaian umat islam memfokuskan diri kepada hal-hal yang sifatnya rohaniah dan lebih mendekatkan diri pada Allah SWT. Gerakan tersebut dinamakan gerakan zuhd. Seiring perkembangan zaman, gerakan tersebut selanjutnya berubah menjadi aliran “mistik”. Ajaran mistik yang dilakukan oleh umat Islam dan disesuaikan dengan ajaran Islam ini disebut dengan tasawuf.










BAB III
PENUTUP

A.                Kesimpulan
Pemikiran dalam Islam yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini ada tiga yaitu Ilmu Kalam, Filsafat Islam, dan Mistisme (Tasawuf). Ketiga pemikiran tersebut semuanya dilatar belakangi oleh beberapa hal yang kemudian dibagi secara garis besar menjadi faktor internal dan eksternal.
1.      Ilmu Kalam
Faktor internal lahirnya ilmu Kalam adalah adanya Golongan yang mengingkari agama dan  adanya Tuhan, Golongan-golongan syirik, Golongan-golongan yang tidak percaya akan keutusan nabi-nabi dan tidak mempercayai kehidupan kembali di akhirat nanti, Golongan yang mengatakan bahwa semua yang terjadi di dunia ini adalah dari perbuatan Tuhan semuanya dengan tidak ada campur tangan manusia, Ketika kaum Muslimin mulai memperluas wilayahnya, maka mulailah mereka mendiskusikan persoalan-persoalan qadar baik dan buruk serta perintah untuk menjalankan perintah Allah, Masalah politik internal Islam
Faktor eksternal lahirnya ilmu Kalam adalah banyaknya muallaf yang mencampuradukkan ajaran Islam dengan ajaran agamanya terdahulu, umat Islam mulai mempelajari ilmu tentang ketuhanan dan filsafat
2.      Filsafat Islam
Faktor eksternal lahirnya Filsafat Islam yaitu berkembangnya filsafat-filsafat dari barat yang pada umumnya nonmuslim.
Faktor internal lahirnya Filsafat Islam yaitu kurangnya ayat-ayat al-Qur’an yang membahas tentang dogma-dogma (doktrin).
3.      Mistisme atau Tasawuf
Faktor internal lahirnya Tasawuf yaitu; Firman Allah SWT, Kehidupan dan Sabda Rasulullah SAW beserta para Sahabat, dan Dari Gerakan Hidup Zuhud menjadi Ajaran Tasawuf.
Faktor eksternal lahirnya Tasawuf yaitu asumsi-asumsi dari luar tubuh Islam.



[1] Sahilun A.Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, cet.III, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1996), h.1-2
[2] Ibid
[3] ibid
[4] Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, cet.II, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1996), h.36-37

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOAL BAHASA ARAB KLS X

PEMERINTAH KOTA PAREPARE DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 2 PAREPARE Alama : Jalan Jend. Sudirman No.31 Tlp.(0421) 21982 – 21674.  E-Mail : smada_parepare@yahoo.co.id SOAL ULANGAN SEMESTER I TAHUN AJARAN 2013-2014 Kelas                           : X Akselerasi Mata Pelajaran            : Bahasa Arab Hari/ Tanggal  : Kamis, 07 November 2013 Waktu                         : 11.45 – 13.45 Petunjuk : 1.       Berdo’alah sebelum mengerjakan soal-soal! 2.       Beca dengan teliti soal-soal sebelum menentukan jawaban! 3.       Jangan lupa isi identitas Anda! 4.       مَعَ النَّجَحِ A.    Pilihan Ganda 1.         Berapakah jumlah huruf Hijayyah ? a.        20                                           c. 28 b.       30                                           d. 25 2.         Apa yang dimaksud dengan اَلْكَلِمةُ ? a.          Kata                                      c. Kata kerja b.          Kalimat                     

SOAL BAHASA ARAB KLS XI

PEMERINTAH KOTA PAREPARE DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 2 PAREPARE Alama : Jalan Jend. Sudirman No.31 Tlp.(0421) 21982 – 21674. E-Mail : smada_parepare@yahoo.co.id SOAL ULANGAN SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013-2014 Kelas                           : XI Mata Pelajaran            : Bahasa Arab Hari/ Tanggal  : Sabtu, 14 Desember 2013 Waktu                         : 09.15 – 10.40 Ø   Jawab pertanyaan berikut ini dengan jujur dan manfaatkan waktu sebaik-baiknya!.                                     A.     PILIHAN GANDA مَنْ هُوَ ؟ .1 أ. هُوَ أُسْتَاذٌ             ب. هُوَ مُدَرِّسَةٌ     ج. هِيَ عَمِيْدٌ               د. هِيَ طَالِبَةٌ   مَنْ هِيَ ؟ .2   أ. هُوَ أُسْتَاذٌ             ب. هُوَ مُدَرِّسَةٌ     ج. هِيَ عَمِيْدٌ               د. هِيَ طَالِبَةٌ      هَلْ هُوَ جَيْشٌ ؟ .3 أ. نَعَمْ، هُوَ جَيْشٌ