BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah
menurunkan al-Quran kepada Nabi Muhammad Saw. selain untuk menguatkan
kerasulannya dihadapan bangsa Quraisy, juga untuk memberi petunjuk kepada
umat manusia kepada jalan yang benar. Lalu bagaimanakah proses turunnya al-Quran?.
Allah berfirman dalam QS.Al-Baqarah (2:185)
ãöky tb$ÒtBu
üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9
;M»oYÉit/ur
z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur
4
Terjemahan
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil.[1]
Dari
ayat di atas, menjelaskan bahwa al-Qur’an itu diturunkan oleh Allah swt kepada
Nabi Muhammad pada suatu malam d bulan Ramadhan yang sekarang dikenal dengan
nuzulul Qur’an. Ilmu Nuzulul Qur’an mencakup beberapa pokok bahasan. Maka dari
itu makalah ini hadir untuk menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu
Nuzulul Qur’an.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
pokok bahasan makalah ini aka dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan Nuzulul Qur’an?
2. Bagaimana
tahap-tahap turunnya al-Qur’an?
3. Berapa
lama waktu dan periodesasi turunnya al-Qur’an?
4. Bagaimana
proses diturunkannya al-Qur’an?
5. Bagaimana
Nisbah Lafadz Al-Qur’an?
C. Tujuan Penulisan
Makalah
ini ditulis dengan tujuan untuk:
1. Mengetahui
pengertian Nuzulul Qur’an.
2. Mengetahui
tahap-tahap turunnya al-Qur’an
3. Mengetahui
waktu dan periodesasi turunnya al-Qur’an
4. Mengetahui
proses diturunkannya al-Qur’an
5. Mengetahui
Nisbah Lafadz Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Nuzulul Qur’an
Menurut
bahasa, Nuzulul al-Qur’an adalah turunnya Al-Qur’an. Sedangkan menurut istilah
adalah pemberitahuan Allah tentang Al-Qur’an kepada segenap penghuni langit dan
bumi dalam semua segi dan aspeknya.[2]
Pembicaraan
tentang turunnya Al-Qur’an umumnya berkisar pada masalah ayat yang pertama dan
terakhir turun. Yaitu kapan, dimana, serta ayat-ayat apa saja.
Tentang
ayat-ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Menurut
pendapat yang terkuat[3]
ialah Surat Al-‘Alaq, yaitu:
ù&tø%$#
ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{
ÇÊÈ
t,n=y{
z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã
ÇËÈ
ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ
Ï%©!$# zO¯=tæ
ÉOn=s)ø9$$Î/
ÇÍÈ
zO¯=tæ
z`»|¡SM}$# $tB
óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Terjemahan
Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam[1589], Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.[4]
Dalam
ayat di atas disebukan “kalam” yang artinya Allah mengajar manusia dengan
perantaraan tulis baca.[5]
Adapun mengenai tanggalnya, dalam Al-Qur’an tidak disebutkan
secara jelas, melainkan dikatakan bahwa Al-Qur’an itu diturunkan pada “Yaaumul
Furqan”, yang bertepatan dengan hari “bertemunya dua pasukan” di medan
perang.
Allah berfirman dalam QS.Al-Anfaal, 008; 41
bÎ) óOçGYä. NçGYtB#uä
«!$$Î/
!$tBur
$uZø9tRr& 4n?tã
$tRÏö6tã
tPöqt
Èb$s%öàÿø9$# tPöqt
s)tGø9$#
Èb$yèôJyfø9$# 3
Terjemahan
Jika
kamu beriman kepada Allah dan kepada apa[615] yang kami turunkan kepada hamba
kami (Muhammad) di hari Furqaan[616], yaitu di hari bertemunya dua pasukan.[6]
Dalam Al-Qur’an dan
Terjamahannya dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan “apa” ialah: ayat-ayat Al-Quran,
malaikat dan pertolongan. “Furqaan” ialah: pemisah antara yang hak dan
yang batil sedangkan yang dimaksud dengan hari “Al Furqaan” ialah hari jelasnya
kemenangan orang Islam dan kekalahan orang kafir, yaitu hari bertemunya dua
pasukan di peprangan Badar, pada hari Jum'at 17 Ramadhan tahun ke 2 Hijriah.
sebagian Mufassirin berpendapat bahwa ayat Ini mengisyaratkan kepada hari permulaan
Turunnya Al Quranul Karim pada malam 17 Ramadhan.[7]
Ayat
tersebut diturunkan ketika Rasulullah saw. Berada di gua Hira, yaitu sebuah gua
di Jabal Nur.
Seperti halnya masalah-masalah
keagamaan yang lainnya, persoalan ayat pertama turunpun menimbulkan beberapa
perbedaan di atara ulama. Ada yang mengatakan bahwa yang mula-mula diturunkan
adalah surah Al-Fatihah. Syekh Muhammad Abduh menguatkan pendapat ini dengan
beberapa alasan, yaitu:
1.
Dengan
memperhatikan isi Surah Al-Fatihah itu yang seolah-seolah telah mencakup segala
pokok-pokok isi Al-Qur’an itu secara garis-garis besarnya, sehingga
seolah-seolah apa yang tersebut dalam surah-surah berikutnya adalah merupakan
keterangan perincian bagi pokok-pokok yang telah disebutkan dalam Surah
Al-Fatihah itu. Dengan demikian ia
merupakan Preambule bagi Al-Qur’an seluruhnya.
2.
Boleh jadi
karena fungsinya sebagai Preambule tersebut itu maka Nabi memerintahkan supaya
Surah Al-Fatihah itu dicantumkan pada permulaan Al-Qur’an.
3.
Memang ada
hadits yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam kitab “Dalailun Nubuwwah” yang
menerangkan hal itu.
Selain
dua pendapat di atas, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ayat yang pertama
turun adalah surah Ad-Duha, ada pula yang mengatakan surah Al-Mudatstsir,
bahkan ada yang mengatakan surah Al-Muzammil.
Mengenai
ayat yang paling terakhir diturnkan menurut pendapat terkuat adalah ialah
QS.Al-Maidah ayat 3
tPöquø9$#
àMù=yJø.r& öNä3s9
öNä3oYÏ
àMôJoÿøCr&ur
öNä3øn=tæ ÓÉLyJ÷èÏR
àMÅÊuur
ãNä3s9
zN»n=óM}$# $YYÏ
Terjemahan
Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu.[8]
Ayat
ini diturunkan ketika Nabi saw. Berwukuf di padang Arafah ketika melakukan
ibadah “Hijjatul wada” yaitu ketika hajji yang terakhir dilakukan oleh
Nabi sebelum wafatnya. Itu terjadi pada hari Jum’at tanggal 9 Zulhijjah, tahun 10 Hijriyah atau
tahun ke-63 usia Rasulullah. Kira-kira 81 malam sebelum beliau wafat.
Ustadz
Al-Khudhari mengatakan bahwa ayat yang terakhir turun ialah surah Al-Maidah
ayat 3 dengan alasan bahwa ayat ini turun pada malam ke-81 sebelum wafatnya
Rasulullah dan selama jarak itu tak ada lagi ayat yang turun hingga Nabi saw
wafat.
Selain
dari pendapat tersebut tentang ayat yang terakhir diturunkan, juga ada pendapat
yang mengatakan bahwa yang paling akhir diturunkan ialah QS.Al-Baqarah ayat 278
yang disebut “Ayat Riba”
$ygr'¯»t
úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
(#qà)®?$#
©!$#
(#râsur
$tB
uÅ+t/
z`ÏB
(##qt/Ìh9$#
bÎ)
OçFZä.
tûüÏZÏB÷sB
Terjemahan
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.[9]
Bahkan
ada yang mengatakan bahwa yang paling terakhir turun adalah QS.Al-Baqarah ayat
281
(#qà)¨?$#ur $YBöqt cqãèy_öè? ÏmÏù n<Î) «!$# ( §NèO 4¯ûuqè? @ä. <§øÿtR
$¨B
ôMt6|¡2 öNèdur
w tbqãKn=ôàã ÇËÑÊÈ
Terjemahan
Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi
pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian
masing-masing diri diberi balasan yang Sempurna terhadap apa yang Telah
dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).[10]
Hal
ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Said Ibn Jubair mengatakan bahwa ayat ini turun pada
malam ke-9 sebelum wafatnya Rasulullah saw.
Pendapat lain mengatakan bahwa yang
terakhir turun adalah QS.Al-Baqarah ayat 282
$ygr'¯»t
úïÏ%©!$#
(#þqãZtB#uä
#sÎ)
LäêZt#ys?
AûøïyÎ/
#n<Î)
9@y_r&
wK|¡B
çnqç7çFò2$$sù
4
Terjemahan
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179]
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.[11]
Bermuamalah
ialah seperti berjualbeli, hutang piutang, atau sewa menyewa dan sebagainya.[12]
Imam
As-Suyuti mengatakan bahwa antara ketiga pendapat tersebut sebenarnya tidak ada
pertentangan, karena ketiga ayat itu adalah turun berturut-turut dalam satu
waktu, sesuai dengan urutanan nomornya dalam mushaf, dan kesemuanya terhoimpun
dalam satu kisah, akan tetapi masing-masing periwayat hanya menyyebutkan
sebagiannya saja sehingga seolah riwayat-riwayat itu saling bertentangan.
Disamping
itu masih ada lagi riwayat-riwayat lain nya, antara lain ialah riwayat dari
Al-Barra’ ibn ‘Azib yang mengatakan bahwa ayat yang terakhir diturunkan ialah
Surah An-Nisa ayat 176
y7tRqçFøÿtGó¡o È@è% ª!$# öNà6ÏFøÿã Îû
Ï's#»n=s3ø9$# 4
Terjemahan
Mereka
meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[387]. Katakanlah: "Allah memberi
fatwa kepadamu tentang kalalah itu.[13]
Adapun
yang dimaksud dengan kalalah ialah seseorang mati yang tidak meninggalkan ayah
dan anak.[14]
Menurut
hasil penyelidikan para Ulama, ini hanyalah ayat terakhir diturunkan mengenai
faraidh.
Sangat
banyak pendapat yang berbeda pendapat mengenai ayat yang pertama dan terakhir
turun ini yang berasal dari riwayat-riwayat yang simpang siur sehingga sukarlah
menentukan pendapat yang akurat untuk diikuti.
B. Waktu
dan Priodesasi Turunnya Al-Qur’an
Masa turunnya al-Qur’an dibagi
menjadi dua tahap yang masing-masingnya mempunyai corak tersendiri.
Pertama, masa Nabi saw. Bermukim di Makkah
selama 12 tahun 5 bulan 13 hari, dari 17 Ramadhan tahun 41 kelahiran Nabi
hingga awal Rabi’ul Awal tahun 54 dari kelahirannya. Adapun surah yang turun di
Makkah, seluruhnya disebut dengan surah Makkiyah.
Kedua, yang diturunkan sesudah Hijrah,
yaitu selama 9 tahun 9 bulan 9 hari, dari permulaan Rabi’ul Awal tahun 54
kelahiran Rasulullah hingga 9 Dzulhijjah tahun 63 dari kelahiran beliau, atau
tahun 10 H. Semua surah yang diturunkan di Madinah, dinamakan surah Madaniyah.
C. Tahap-Tahap
diturunkannya Al-Qur’an
Para ulama berbeda pendapat tentang kaifiyah
menurunkan al-Qur’an. Dalam hal ini para ulama mempunyai tiga pendapat.
1. Al-Qur’an
itu diturunkannya ke langit dunia pada
malam Al-Qadar sekaligus, yaitu lengkap dari awal hingga akhirnya.
Kemudian diturunkan berangsur-angsur sesudah itu dalam tempo 20 tahun atau 23
tahun atau 25 tahun berdasarkan kepada perselisihan yang terjadi tentang berapa
lama Nabi bermukim di makkah sesudah beliau diangkat menjadi Rasul.
2. Al-Qur’an
diturunkan ke langit dunia dalam 20 kali Lailah al-Qadar dalam 20 tahun,
atau dalam 23 kali Lailah al-Qadar dalam 23 tahun, atau dalam 25 kali Lailah
al-Qadar dalam 25 tahun. Pada tiap-tiap malam diturunkan ke langit dunia sekedar
yang hendak diturunkan dalam tahun itu kepada Muhammad saw. Dengan cara
berangsur-angsur.
3. Permulaan
Al-Qur'an turnnya ialah di malam Al-Qadar. Kemudian diturunkan sesudah
itu dengan berangsur-angsur dalam berbagai waktu.[15]
Dalam kamus Al-Qur’an, dikatakan
bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam dua tahap, yaitu pertama, turun dari Lauh
Al-Mahfuz ke Bait Al-Izzah (langit bumi), dan kedua, turun
dari langit bumi kepada Rasulullah saw.[16] Selanjutnya, dalam kamus ini dikatakan bahwa
diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Al-Baihaqi melalui Mausur dari Sa’id bin
Al-Jubair dari Ibnu Abbas ia berkata: Al-Qur’an diturunkan pada malam Lailatul
Qadar sekaligus ke langit bumi pada tempat peredaran bintang-bintang, kemudian
Allah menurunkan kepada Rasul-Nya setelah itu secara bertahap.[17]
Selain pendapat di atas, ada pula
pendapat yang menyatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam tiga kali dan tiga
tingkat. Pertama, diturunkan ke Lauh al-Mahfudh. Kedua, ke
Bait al-Izzah di langit dunia. Ketiga, diturunkan
berangsur-angsur menurut kejadian Nabi.[18]
Dr.Shubhi menolak pendapat ini
walaupun sanadnya shahih. Karena di dalam bidang I’tiqad (bidang ghaib) harus
berpegang kepada dalil yang mutawatir.[19]
Pendapat ini bertentangan lagi
dengan zhahir Al-Qur’an. Jumhur ulama cenderung kepada pendapat ini.
Az-Zarkasy dalam Al-Burhan, menandaskan bahwa pendapat inilah yang
shahih dan dianut oleh kebanyakan ulama. Ibu Hajar dalam fath al-Bari
mengatakan bahwa pendapat inilah yang shahih dan mu’tamad.
Walaupun demikian, kami tidak memegangnya. Karena berlawanan dengan al-Qur’an
yang sharih keterangannya.[20]
Berdasarkan pendapat para mufassirin
mengenai diturunkannya al-Qur’an lebih cenderung mengatakan bahwa kitab suci
umat Islam diturunkan pada bulan Ramadhan. Namun dalam tafsir al-Manar
dijelaskan bahwa arti Al-Qur’an dalam bulan Ramadhan, padahal hal ini telah
diketahui oleh umat Islam pada umumnya bahwa Al-Qur’an diturunkan
berangsur-angsur dalam tempo 21 tahun. Yang terjadi pada bulan Ramadhan itu
hanyalah pemulaan diturunkannya Al-Qur’an dalam malam yang dinamai Lailah
al-Qadar (malam yang berkah) seperti yang dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an.
Sehingga mufassir menyangka bahwa ayat ini musykil. Keadaan ini
dimaksudkan untuk memuliakan bulan Ramadhan.[21]
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Al-Karim
ãöky tb$ÒtBu
üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9
;M»oYÉit/ur
z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur
4
Terjemahan
Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil”.[22] (QS.2:185)
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr&
Îû
Ï's#øs9 Íôs)ø9$# ÇÊÈ
Terjemahan
Adapun yang dimaksud dengan malam kemuliaan dalam ayat di
atas yaitu dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr yaitu
suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, Karena pada malam itu permulaan
Turunnya Al Quran.[24]
Selain
dua ayat di atas, juga dijelaskan mengenai turunnya al-Qur’an itu dalam
QS.ad-Dukhan (44:3)
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr&
Îû
7's#øs9 >px.t»t6B 4
Terjemahan
Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang
diberkahi.[25]
Akan tetapi sebenarnya tidak ada
pertentangan antara tiga ayat di atas dengan fakta historis tentang turunnya
al-Quran. Dalam masalah ini, ulama berbeda pendapat dalam memahami ayat-ayat di
atas menjadi empat mazhab.
Pertama, adalah pendapat Ibnu Abbas dan
Jumhurul ulama. Mereka berpendapat, bahwa maksud dari tiga ayat di atas adalah
turunnya Al-Quran satu paket ke langit dunia (bait al-'izza). Barulah pada fase
berikutnya diturunkan kepada Rasulullah secara berangsur, sesuai dengan
permasalahan yang timbul pada zaman Rasul dalam jangka waktu 23 tahun. Dalil
yang memperkuat pendapat mereka sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa
ia berkata: "Al-Quran diturunkan sekaligus ke langit bumi pada malam
kemulia'an (lailatul qodr), lalu diturunkan setelah itu dalam dua puluh
tahun". Lalu ia membaca "Dan mereka (orang-orang kafir itu)
tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan Kami datangkan
kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik". "Dan
al-Quran (kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya
kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahab".
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa
ia berkata: "Al-Quran terputus dari perkataan (telah selesai), lalu
diletakkan di bait al-izza langit bumi, lalu jibril menurunkannya secara
bertahap kepada Nabi".
Kedua, diriwayatkan dari Sya'bi. Ia
berpendapat bahwa maksud dari tiga ayat di depan adalah awal turunnya Al-Quran
kepada Rasulullah Saw. Dengan ibarat lain turunnya al-Quran dimulai pada malam
kemuliaan (lailatul qadr) pada bulan Ramadhan. Malam yang diberkahi. Lalu
berangsur-angsur turunnya setelah itu, sesuai dengan permasalahan dan kejadian
yang timbul dalam jangka waktu 23 tahun. Pendapat ini berdasarkan pada firman
Allah: "Dan al-Quran (kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau
(Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya
secara bertahab"
Apabila kita perhatikan secara
cermat, tidak ada pertentangan antara pendapat peratama dan kedua. Bahwa
al-Quran diturunkan secara keseluruhan ke bait al-Izzah, dan dimulai turunnya
secara bertahap kepada Rasul pada malam kemuliaan (lailatul qadr) pada bulan
Ramadhan. Yaitu malam yang diberkahi.
Ketiga, adalah pendapat sebagian ahli
tafsir. Mereka mengatakan bahwa al-Quran diturunkan ke langit bumi selama 23
malam kemuliaan (lailatul qadr). Setiap tahun, Allah menakar Al-Quran yang
diturunkan ke langit bumi untuk diturunkan kepada Rasullah secara bertahap
sepanjang tahun. Akan tetapi pendapat ini sangat lemah karena tidak diperkuat
dengan dalil.
Keempat, mengatakan bahwa proses
diturunkannya al-Quran melalu tiga fase. Fase pertama adalah turunnya
al-Quran ke Lauh Mahfuz. Dasar dari pendapat yang nyatakan adanya fase ini
adalah firman Allah "Bahkan (yang didustakan itu) ialah al-Quran yang
mulia. Yang (tersimpan) dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfuz). Pada
fase ini, tidak ada orang yang mengetahui waktunya kecuali Allah Swa. Fase
kedua adalah turunnya al-Quran secara keseluruhan ke langit bumi pada malam
kemuliaan (lailatul qadr) pada bulan Ramadhan. Fase ketiga adalah turunnya
al-Quran berangsur-angsur kepada Rasulullah dalam jangka waktu kurang lebih 23
tahun.
Apabila kita perhatikan, pendapat
keempat yang menyatakan bahwa al-Quran turun melalui tiga fase, tidak
bertentangan dengan pendapat Ibnu Abbas Dan pendapat Sya'bi. Karena
turunnya al-Quran secara keseluruhan di Lauh Mahfuz sama sebagaimana hal-hal
yang masuk dalam Qodhâ' yang ditetapkan di dalamnya. Lalu al-Quran diturunkan
ke bait al-Izzah dengan keseluruhan sebagaimana diriwayatkan ibnu Abbas. Dan
dimulai turunnya secara bertahab kepada Rasulullah SAW pada lailatul qadr di
bulan Ramadhan, sebagaimana riwayat dari Sya'bi.
Namun demikian, turunnya al-Quran
yang bertahap telah dijadikan alasan al-Mungkirin untuk mendustakan al-Quran.
Karna memang kitab-kitab samawi sebelum al-Quran, diturunkan secara keseluruhan
tanpa tahapan. Sebagaimana Al-Quran menggambarkan "Dan orang-orang kafir
berkata. "Mengapa al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?"
Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan kami
membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan dan benar)".
Demikianlah Al-Quran menjawab tentang alasan diturunkannya secara
bertahap. Berikut adalah beberapa hikmah dibalik turunnya Al-Quran secara
bertahap:
1. Untuk
meneguhkan dan menguatkan hati Rasululla SAW.
2. Mendidik
umat islam dari segi ilmu dan sikap secara step by step atau bertahap. Hal ini
sangat diperlukan mengingat datangnya islam untuk merubah sikap kejahiliahan
yang telah mengakar ketika itu.
3. Turunya
al-Quran mengiringi timbulnya permasalahan-permasalahan yang terjadi pada zaman
Nabi. Setiap muncul permasalahan, turun al-Quran dengan penyelesaian yang
sesuai dengan permasalahan tersebut.
4. Walaupun
al-Quran turun secara bertahap dan tidak dalam satu waktu. Tetapi antara satu
ayat dengan ayat yang lain mempunyai kesinambungan yang kuat. Tersusun dengan
gaya bahasa yang tinggi. Dimana bangsa Quraisy yang terkenal dengan
kefasihannya tidak mampu untuk menandingi walaupun satu ayat menunjukkan bahwa
Al-Quran bukanlah perkataan manusia. Melainkan perkata'an Allah SWT
D. Proses
Diturunkannya Al-Qur’an
Proses atau cara diturunkannya
al-Qur’an kepada Nabi saw., para ahli telah memeriksa bahwa Rasulullah telah
menerima wahyu dengan berbagai cara dan telah menerima perintah dengan setiap
cara itu.[26]
Al-Iraqi dalam Tharh at-Tatsrib yang dikutip oleh Teungku
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Pengantar dan Sejarah Ilmu Ulumul Al-Qur’an
dan Tafsir mengatakan bahwa As-Suhaily telah mengumpulkan dalam kitabnya Ar-Raudh
al-Anif terdapat tujuh cara wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad saw.
1. Melaui mimpi
2. Dihembuskan kedalam jiwanya
3. Gerincingan
lonceng yang sangat keras
4. Malaikat
Jibril menyerupakan dirinya sebagai seorang lelaki.
5. Malaikat Jibril memperlihatkan dirinya
kepada Nabi dalam rupanya yang asli
6. Allah berbicara dengan Nabi dari
belakang hijab, baik Nabi dalam keadaan sadar ataupun tidur
7. Malaikat Israfil turun membawa beberapa
kalimat wahyu, sebelum Jibril datang membawa wahyu al-Qur’an.[27]
Ibnu
Qayyim dalam az-Zad menyebut tujuh cara juga. Akan tetapi tidak menyebut cara
yang keenam ketujuh. Tapi diganti dengan ketika nabi saw. Berada di ruang
angkasa pada malam Mi’raj dan dengan tidak memakai perantara malaikat seperti
Allah berkata kepada Musa as.
E. Nisbah
Lafadz Al-Qur’an
Para ulama berselisih pendapat
tentang lafadz Al-Qur’an. Segolongan ulama berkata : “Lafadz Al-Qur’an itu di-nisbah-kan
kepada Allah, Allah menjadikannya di Lauh al-Mahfudh”. Hal ini berdasarkan
firman-Nya dalam QS.Al-Buruj 85:21-22
ö@t/ uqèd ×b#uäöè%
ÓÅg¤C ÇËÊÈ Îû
8yöqs9
¤âqàÿøt¤C
ÇËËÈ
Artinya :
Bahkan yang didustakan mereka itu
ialah Al Quran yang mulia, Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.[28]
Golongan
yang kedua mengatakan bahwa lafadz Al-Qur’an itu berasal dari Jibril.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Asy-Syu’ara 26:193-194
tAttR
ÏmÎ/
ßyr9$#
ßûüÏBF{$#
ÇÊÒÌÈ
4n?tã
y7Î7ù=s%
tbqä3tGÏ9
z`ÏB
tûïÍÉZßJø9$#
ÇÊÒÍÈ
Artinya:
Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin
(Jibril), Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara
orang-orang yang memberi peringatan.[29]
Segolongan
yang lain mengatakan bahwa lafadz Al-Qur’an itu adalah lafadz Rasulullah
sendiri. Argumen ini berdasar pada QS.Al-Haqqah 69:40
¼çm¯RÎ) ãAöqs)s9 5Aqßu 5OÌx. ÇÍÉÈ
Artinya
:
Bahwa sesungguhnya (Al-Qur’an)
adalah perkataan Rasul yang mulia[30]
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Nuzulul al-Qur’an adalah proses diturunkannya
al-Qur’an melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah Muhammad saw secara
mutawatir. Kitab suci ini diturunkan melalui dua tahap yaitu turun dari Lauh
Al-Mahfuz ke Bait Al-Izzah (langit bumi), kemudian turun dari langit
bumi kepada Rasulullah saw secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22
hari sesuai dengan keadaan yang terjadi yang dibagi dua tahap yang disebut Makkiyah
(surah yang turun sebelum Nabi hijrah ke Madinah) dan Madaniyah (surah
yang turun setelah hijrahnya beliau ke Madinah).
Mengenai ayat yang pertama
diturunkan menrut pendapat yang termasyhur adalah surah al-‘Alaq ayat 1-5.
Sedangkan ayat yang terakhir diturunkan menurut pendapat terkuat yaitu surah
al-Maidah ayat 3.
[1] Departemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Terjemahan, (Bandung: Jumaanatul ‘Ali-Art, 2004) h.28
[2] Ahsin W.Al-Hafidz, Kamus
Ilmu Alquran, Cet.I, (Jawa Tengah: Amzah, 2005), h.228
[3] Ahmad Syadali, Ahmad
Rofi’i, Ulumul Qur’an I, Cet.II Revisi, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h.31
[4] Departemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Terjemahan, (Jakarta: Lajnah Pentashhih Al-Qur’an, 1990) h.1079
[5] Ibid
[6] Departemen Agama RI, h.
267
[7] Ibid
[8] Kementrian Agama RI,
h.157
[9] Kementrian Agama RI,
h.69
[10] Kementrian Agama RI,
h.70
[11] Ibid
[13] Kementrian Agama RI,
h.153
[14] Ibid
[15] Teungku Muhammad Hasbi
Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur’an & Tafsir,
Ed.III Cet.V, (Semarang:PT.Pustaka Rizki Putra, 2013), h.35
[16] Ahsin W.Al-Hafidz, h.228
[17] Ahsin W.Al-Hafidz, h.228
[18] Teungku Muhammad Hasbi
Ash-Shiddieqy, h.35
[19] Ibid
[20] Teungku Muhammad Hasbi
Ash-Shiddieqy, h.36
[21] Teungku Muhammad Hasbi
Ash-Shiddieqy, h.36
[22] Departemen Agama RI,
h.28
[23] Al-Qur’an dan
Terjemahan, h.598
[24] Departemen Agama RI,
h.598
[25] Departemen Agama RI,
h.496
[26] Teungku Muhammad Hasbi
Ash-Shiddieqy, h.15
[27] Teungku Muhammad Hasbi
Ash-Shiddieqy, h.15
[28] Kementrian Agama RI,
h.1045
[29] Kementrian Agama RI,
h.587
[30] Muhammad Yunus, Tafsir
Qur’an Karim, h.852
Komentar
Posting Komentar