BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Berdasarkan situasi
masyarakat yang dinamis, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa
lalu dan masa kini, tetapi sudah
seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa
depan. Pendidikan hendaknya jauh memandang ke depan dan memikirkan apa apa yang
akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Menurut Buchori yang dikutip oleh Trianto,
bahwa “pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan
para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi juga untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapinyta dalam kehidupan sehari-hari”.[1]
Salah satu masalah
pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal di era globalisasi ini adalah “masih
rendahnya pencapaian peserta didik terhadap Ketuntasan Kompetensi Minimal (KKM),
hal ini nampak jelas dari hasil belajar peserta didik yang masih memprihatinkan”.[2]
Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat
konvensional dan tidak menyentuh rana peserta didik, yaitu bagaimana sebenarnya
belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih subtansial, bahwa
proses pembelajaran hingga saat ini masih memberikan dominasi kepada pendidik
dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri
melalui penemuan dan proses berpikirnya.
Penyebab lain dari rendahnya
pencapaian hasil belajar peserta didik adalah kurangnya perhatian mereka
terhadap pelajaran akibat dari metode, strategi, serta media yang digunakan
oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran kurang bervariasi.
Pendidikan bahasa Asing
merupakan salah satu objek pendidikan yang sangat populer dewasa ini. Menguasai
bahasa Asing memiliki kebanggaan khusus bagi individu yang bersangkutan.
Sedangkan
menurut Aristoteles sebagaimana dikutip oleh Sumarsono, “bahasa adalah alat
untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia. Artinya, bahasa baru ada
kalau sesuatu yang ingin diungkapkan, yaitu pikiran atau perasaan. Dengan kata
lain, pikiran mempengaruhi bahasa”.[3]
Bahasa Arab merupakan
salah satu bahasa Asing yang sudah menjadi satu mata pelajaran wajib dan
dikembangkan ke dalam beberapa bagian khusus untuk pondok pesantren. Sedangkan
untuk sekolah yang berada di bawah naungan kementerian agama, mata pelajaran
ini masih dalam kemasan umum yaitu mata pelajaran bahasa Arab. Bahkan beberapa
tahun terakhir ini sekolah-sekolah naungan dinas pendidikan juga mulai
menetapkan bahasa Arab sebagai mata pelajaran bahasa Asing. Jadi tidak heran
jika banyak ditemukan peserta didik yang berlatar belakang sekolah umum mampu
berbahasa Arab.
Mencintai dan
mempelajari bahasa Arab memiliki manfaat yang sangat besar yaitu, dengan ilmu
ini manusi mampu mempelajari dan memahami al-Qur’an dan hadits dengan baik dan
benar serta dapat mengamalkannya berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
Melihat betapa pentingnya bahasa Arab
sebagaimana tersebut di atas, maka Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Parepare
sebagai lembaga Islam yang bergerak dalam bidang pendidikan dan da’wah,
berusaha untuk ikut berperan dalam menyebarkan dan melestarikan visi dan misi
da’wah Rasulullah SAW. Sekolah tersebut mengajarkan kepada para siswanya untuk
dapat menguasai bahasa Arab dengan baik dan benar.
Permasalahan yang dihadapi adalah, cara
meningkatkan kualitas pengajaran bahasa Arab di MAN 2 Parepare. Bahasa Arab oleh
sebagian besar peserta didik dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit,
mereka memandangnya sebagai mata pelajaran yang menakutkan, hal ini diindikatorkan
dengan rendahnya minat mengikuti mata pelajaran bahasa Arab dibandingkan dengan
mata pelajaran yang lainnya. Ini merupakan suatu bentuk tantangan yang harus
segera diupayakan pemecahannya oleh semua pelaksana pendidikan yang
memerogramkan bahasa Arab, khususnya para guru mata pelajaran bahasa Arab di
MAN 2 Parepare.
Dalam pembelajaran bahasa Arab, media merupakan alat
penunjang pembelajaran yang sangat penting digunakan demi peningkatan mutu
pendidikan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam UU nomor 20 tahun 2003 pasal
3 tentang fungsi dan tujuan Pendidikan Indonesia:
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.[4]
Hal tersebut yang mendorong kuat
penulis untuk mengadakan sebuah penelitian dengan judul Penggunaan
Power Point dalam Pembelajaran Bahasa Arab untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Peserta Didik MAN 2 Parepare.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Pemanfaatan
media masih sangat kurang dalam proses pembelajaran bahasa Arab sehingga proses
pembelajaran kurang menarik para peserta didik.
2. Peserta
didik kurang termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
C.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka permasalah yang
terkait dan akan menjadi focus penelitian adalah:
1.
Bagaimana
penggunaan Power Point dalam
pembelajaran bahasa Arab di MAN 2
Parepare?
2.
Apakah
penggunaan Power Point dalam
pembelajaran bahasa Arab dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik MAN
2 Parepare?
D.
Cara
Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah di atas, maka langkah yang
harus ditempuh adalah menggunakan media power
point dalam pembelajaran bahasa Arab agar peserta didik termotivasi untuk
belajar bahasa Arab secara aktif. Design power
point yang digunakan lebih bervatiatif.
E.
Hipotesis
Tindakan
Hipotesis
dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan melainkan
hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan
untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan.
Dalam
penelitian ini, yang menjadi hipotesis adalah “Penggunaan Power Point dalam Pembelajaran Bahasa Arab mampu Meningkatkan
Motivasi Belajar Peserta Didik MAN 2 Parepare.”
F.
Tujuan
Penulisan
Penelitian
ini memiliki dua tujuan yaitu untuk:
1. Mengetahui
penggunaan Power Point dalam
pembelajaran bahasa Arab di MAN 2
Parepare.
2. Mengetahui
tingkat motivasi belajar bahasa Arab peserta didik MAN 2 Parepare melalui
pembelajaran dengan media power point.
G.
Manfaat
Penulisan
Hasil penelitian ini memberi dua manfaat, yaitu manfaat yang berupa
sumbangan teoretis dan manfaat yang berupa sumbangan praktis.
1. Manfaat teoretis
Penelitian ini memiliki dua
manfaat teoretis.
a. Dengan hasil belajar peserta didik, akan diketahui tolok ukur tingkat
motivasi belajar.
b. Dengan persentase motivasi belajar peserta didik melalui media power point, maka diketahui tingkat
keefektifan media ini terhadap peningkatan motivasi belajar.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini memiliki tiga manfaat praktis.
a. Memberi pemahaman dan pengetahuan bagi para guru mengenai
pentingnya media dalam pembelajaran yang memfokuskan pada peningkatan minat
belajar peserta didik sehingga dalam pembelajaran di kelas peserta didik
diharapkan dapat melakukan pembelajaran secara efektif dan efisien.
b. Manfaat bagi peneliti, penelitian ini sebagai wahana untuk
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam bangku perkuliahan yang diwujudkan
dalam dunia nyata.
c. Manfaat bagi keilmuan, sebagai sumbangan bagi perkembangan
keilmuan terutama untuk proses pembelajaran dan bidang ilmu kebahasaan,
khususnya dalam memotivasi peserta didik dalam dalam belajar.
[1]Trianto, Model-Model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, cet; I, (Jakarta:
Prestasi pustaka, 2007), h.1
[2] Ibid
[3] Sumarsono, Buku Ajar Filsafat
Bahasa, (Jakarta: Grasido, 2004), h.
58.
[4] Undang-Undang Republik
Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:
Panca Usaha, 2003).
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Media Pembelajaran
Media
berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari “medium” yang
secara harfiah berarti perantara atau penyalur. Artinya “media merupakan wahana
penyalur pesan atau informasi”.[1] Secara
harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar”. Association for
Education and Communication Technology
(AECT) mendefinisikan media yaitu “segala bentuk yang dipergunakan untuk
suatu proses penyaluran informasi”.[2]
Menurut Gagne media adalah “berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta
didik untuk belajar”.[3]
Media pembelajaran dalam arti luas yaitu
setiap orang, materi, atau peristiwa yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan dalam
arti sempit, media pembelajaran adalah sarana nonoperasional (bukan manusia)
yang digunakan oleh pendidik yang memegang perana dalam proses belajar mengajar
untuk mencapai tujuan.[4]
Dari
beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
merupakan al wasilah (penyalur) materi pembelajaran kepada peserta didik
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pada
dasarnya media pembelajaran tersebut digunakan oleh para guru untuk:
1.
Memperjelas informasi atau pesan
pengajaran
2.
Memberi tekanan pada
bagian-bagian yang penting
3.
Memberi variasi pengajaran
4.
Memperjelas struktur pengajaran
5.
Memotivasi proses belajar siswa.[5]
Jadi,
media berfungsi sebagai alat bantu bagi pendidik dalam melaksanakan proses
belajar mengajar. Ada beberapa manfaat media dalam proses belajar mengajar
sebagai berikut:
1. Media
dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki peserta didik.
2. Media
dapat mengatasi ruang kelas
3. Media
dapat memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan
lingkungan.
4. Media
menghasilkan keseragaman pengamatan.
5. Media
dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Media
dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru bagi peserta didik dan
pendidik.
7. Media
dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar.
8. Media
dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai
kepadanya yang abstrak.
B. Power Point
Power Point atau Microsoft
Office PowerPoint adalah “sebuah program komputer untuk presentasi”.[6] PowerPoint inilah
yang dikembangkan oleh Microsoft di dalam paket aplikasi kantoran mereka,
Microsoft Office, selain Microsoft Word, Excel, Access dan
beberapa program lainnya. PowerPoint berjalan di atas komputer PC
berbasis sistem operasi Microsoft Windows dan juga Apple Macintosh
yang menggunakan sistem operasi Apple Mac OS, meskipun pada awalnya
aplikasi ini berjalan di atas sistem operasi Xenix. Aplikasi ini sangat
banyak digunakan, apalagi oleh kalangan perkantoran dan pebisnis, para
pendidik, peserta didik, dan trainer untuk presentasi.
Pakar Information Teknologi (IT) yang juga memberi pengertian yang
tidak jauh berbeda dengan pengertian yang terdahulu, yaitu Microsoft Office
PowerPoint adalah sebuah program komputer untuk presentasi yang
dikembangkan oleh Microsoft di dalam paket aplikasi kantoran mereka, Microsoft
Office, selain Microsoft Word, Excel, access dan beberapa
program lainnya.[7] PowerPoint berjalan
di atas komputer PC berbasis Sistem Operasi Microsoft Windows dan juga Apple
Manchitos yang menggunakan sistem operasi Apple Mac OS,
meskipun pada awalnya aplikasi ini berjalan di atas sistem operasi Xenix.
Aplikasi ini sangat banyak digunakan, apalagi oleh kalangan perkantoran dan pebisnis,
para pendidik, peserta didik, dan trainer. Dimulai pada versi Microsoft
Office System 2003, Microsoft mengganti nama dari sebelumnya Microsoft
PowerPoint saja menjadi Microsoft Office PowerPoint. “Versi terbaru
dari PowerPoint adalah versi 12 (Microsoft Office PowerPoint 2007), yang
tergabung ke dalam paket Microsoft Office System 2007”.[8]
Sedangkan Abdul Wahab Rosyidi dalam bukunya menjelaskan bahwa “Microsoft
Powerpoint 2007 adalah program aplikasi presentasi yang merupakan salah
satu aplikasi di bawah Microsoft Office”.[9]
PowerPoint dapat menyimpan presentasi dalam beberapa format, yakni
sebagai berikut:
1.
PPT (PowerPoint
Presentation), yang merupakan data biner dan tersedia dalam semua versi
PowerPoint (termasuk PowerPoint 12).
2.
PPS (PowerPoint Show),
yang merupakan data biner dan tersedia dalam semua versi PowerPoint (termasuk
PowerPoint 12).
3.
POT (PowerPoint
Template), yang merupakan data biner dan tersedia dalam semua versi
PowerPoint (termasuk PowerPoint 12).
4.
PPTX (PowerPoint
Presentation), yang merupakan data dalam bentuk XML dan hanya tersedia
dalam PowerPoint 12.[10]
Keuntungan lain dari program ini
adalah sederhananya tampilan ikon-ikon. Ikon-ikon pembuatan presentasi kurang
lebih sama dengan ikon-ikon Microsoft Word yang sudah dikenal oleh kebanyakan
pemakai komputer. Pemakai tidak harus mempelajari bahasa pemrograman.
Presentasi memiliki beberapa tujuan.
Tujuan presentasi akan sangat menentukan bagaimana kita akan melakukan dan
mendesain presentasi. Tujuan presentasi tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Menginformasikan:
Presentasi berisi informasi yang akan disampaikan kepadaorang lain. Presentasi
semacam ini sebaiknya menyampaikan informasi secaradetail dan jelas (clear)
sehingga orang dapat menerima informasi dengan baik dan tidak salah presepsi
terhadap informasi yang diberikan tersebut.
2.
Meyakinkan:
Presentasi berisi informasi, data, dan bukti-bukti yang disusunsecara logis
sehingga menyakinkan orang atas suatu topik tertentu. Kondradiksidan
ketidakjelasan informasi dan penyusunan yang tidak logis akan
mengurangikeyakinan orang atas presentasi yang diberikan.
3.
Membujuk :
Presentasi yang berisi informasi, data, dan bukti-bukti yang disusunsecara
logis agar orang mau melakukan suatu aksi/tindakan. Presentasi
dapat berisi bujukan, atau rayuan yang disertai dengan bukti-bukti
sehingga orang merasa tidak ragu dan yakin untuk melakukan suatu tindakan.
4.
Menginspirasi:
Presentasi yang berusaha untuk membangkitkan inspirasi orang.
5.
Menghibur:
Presentasi yang berusahan untuk memberi kesenangan pada orang melalui informasi
yang diberikan. [11]
Jadi, media power point ini merupakan media yang
sangat tepat digunakan dalam proses belajar mengajar untuk membangkitkan dan
meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
C. Pembelajaran bahasa
Arab
Sebelum lebih lanjut membahas tentang pembelajaran bahasa Arab, maka
terlebih dahulu penulis menguraikan beberapa pendapat para pakar pendidikan
mengenai pembelajaran.
Konsep
pembelajaran menurut Corey “Suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu
dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi
tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”[12]
Konsep yang disampaikan oleh Corey di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran
adalah proses yang dikelolah oleh masyarakat dan adapun yang dimaksud sebagai
masyarakat disini adalah para tenaga pendidik dan pengelolah lembaga
pendidikan. Adapun pembelajaran ini merupakan bagian dari pendidikan itu
sendiri.
Disamping itu, Bahauddin juga mengutarakan pengertian pembelajaran dalam
buku yang berjudul Metodologi pembelajaran Bahasa Arab. Menurut beliau,
pembelajaran adalah proses untuk membantu santri agar dapat belajar.[13]
Berdasarkan beberapa buku yang membahas tentang sejarah bahasa Arab, maka
dapat disimpulkan bahwa bahasa Arab termasuk rumpun bahasa Smit yaitu bahasa
digunakan bangsa-bangsa yang bermukim di sekitar Sungai Tigris dan Furat,
dataran Syriah dan Jazirah Arabiah (Timur Tengah) seperti bahasa Finisiah,
Asyria, Ibrania, Arabia, Suryania, dan Babilonia. Ada beberapa hal yang menjadi
ciri khas bahasa Arab yang merupakan kelebihan yang tidak terdapat pada bahasa
lainnya, di antaranya adalah:
1.
Jumlah abjad yang sebanyak
28 huruf dengan makharijul huruf (tempat keluarnya huruf) yang tidak ada
pada bahasa lainnya.
2.
I’rab, yakni sesuatu
yang mewajibkan keberadaan akhir kata pada keadaan tertentu.
3.
Ilmu ‘Arudl (ilmu
notasi syi’ir) yang mana dengan ilmu ini menjadikan syi’ir
berkembang dengn perkembangan yang sempurna.
4.
Bahasa Ammiyah dan
Fush-ah, Ammiyah dipergunakan dalam interaksi jual beli atau komunikasi
dalam situasi tidak formal sedang fush-ah adalah bahasa sastra dan
pembelajaran, bahasa resmi yang dipergunakan dalam percetakan.[14]
Bahasa Arab ini merupakan bahasa Asing. Belajar bahasa Arab merupakan
suatu usaha yang berat dan menjenuhkan yang kadang kala membuat orang frustasi.
Hal itu disebabkan karena belajar Arab merupakan upaya untuk membentuk dan
membangun situasi dan kondisi baru pada diri peserta didik.
Dalam pembelajaran bahasa Arab, ada empat keterampilan yang dimiliki
yaitu; keterampilan istima’, kalam, qira’ah, dan kitabah. Keempat
keterampilan inilah yang menjadi tolak ukur keberhasilan pembelajaran bahasa
Arab. Karena keempatnya memiliki keterkaitan yang saling mempengaruhi.
D. Motivasi belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa motivasi adalah
dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu.[15]
Selain itu, juga disebutkan bahwa motivasi merupakan usaha-usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu
karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya.[16]
Motivasi merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam belajar dan
juga termasuk unsur yang tergolong sulit diukur. “Istilah motivasi berasal dari
kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri
individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat”.[17]
Adanya dorongan dalam diri manusia untuk berbuat, memenuhi kebetuhan
hidupnya disebut sebagai motif. Dapat dikatakan motif sebagai kekuatan yang ada
dalam diri manusia yang menyebabkannya bertindak atau berbuat untuk memenuhi
kebutuhannya ataupun mencapai tujuan tertentu. Motif lebih menekankan pada
dorongan internal dalam diri individu seperti halnya:
1.
Organic motives
(makan, minum, seks, dan istirahat).
2.
Emergency motives
(melepaskan diri dari bahaya, melawan/ mengatasi rintangan).
3.
Objective motives
(menjalin relasi sosial dengan sesama lingkungannya).[18]
Maslow
mengungkapkan tentang teori kepribadian berdiri di atas sejumlah asumsi dasar
tentang motivasi. Pertama, Maslow melakukan pendekatan holistis terhadap
motivasi yaitu seluruh orang, bukan satu bagian atau fungsi tunggalnya saja
yang termotivasi. Kedua, motivasi biasanya bersifat kompleks, artinya
prilaku seseorang dapat muncul dari beberapa motif yang terpisah. Ketiga,
adalah manusia termotivasi secara terus-menerus oleh satu kebutuhan atau
kebutuhan lainnya. Keempat, semua orang di mana pun termotivasi oleh
kebutuhan-kebutuhan yang sama. Kelima, atau terakhir tentang motivasi adalah
kebutuhan dapat disusun dalam bentuk hierarki.[19]
Mengenai motif ini, ada beberapa teori yang memberikan gambaran tentang
seberapa jauh peranan dari stimulus internal dan eksternal. Teori-teori ini
antara lain:
1. Teori insting
2. Teori dorongan
3. Teori gejolak
4. Teori insentif.[20]
Belajar bukanlah aktivitas yang menyenangkan, belajar tak seindah
bermain, belajar tak secantik barbie, belajar bukanlah mobil-mobilan, belajar
tak semanis permen gulali, dan belajar bukan es krim lembut berasa cokelat.
Lalu apa itu belajar?
“Keinginan siswa untuk belajar sesungguhnya merupakan hasil dari beberapa
faktor, dari persoalan keperibadian, kemampuan, hingga persoalan karakteristik
tugas-tugas belajar, insentif, lingkungan, orang tua, prilaku guru dalam
mengajar, termasuk metode dan media yang dipilihnya ketika proses belajar
mengajar”.[21]
Dorongan serta motivasi sangat dibutuhkan bagi mereka yang harus
diberikan secara total dan tidak hanya sebatas ucapan saja tetapi dapat berupa
sentuhan kasih sayang yang mampu membangkitkan semangat belajar. Dalam hal ini,
peranan orang tualah yang sangat dibutuhkan bagi anak-anak mereka. Walaupun
demikan, motivasi dalam belajar selain ekstrinsik, ada pula instrinsik.
Sedangkan bagi seorang pendidik untuk menciptakan motivasi belajar bagi peserta
didik, hal-hal tersebut juga dapat dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar.
Karena pendidik merupakan orang tua bagi peserta didiknya. Selain hal tersebut,
penggunaan metode, strategi, dan media hendaknya variatif dan sesuai dengan
materi yang disampaikan. Motivasi ini harus dilakukan secara terus-menerus
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Penguatan motivasi tersebut berada di
tangan para guru/ pendidik dan anggota masyarakat lain. Jadi, pendidik
merupakan unsur dasar pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap proses
pendidikan dan sebuah motto dalam pendidikan mengatakan bahwa:
الطِّرِيْقَةُ اَهَمُّ مِنَ الْمَدَّةِ وَلَكِنْ
المُدَرِّسُ اَهَمُّ مِنَ الطَّرِيْقَةِ
Artinya:
“Metode [pembelajaran] lebih penting daripada materi
[belajar], akan tetapi eksistensi guru [dalam proses belajar mengajar] jauh
lebih penting daripada metode [pembejaran] itu sendiri”[22]
Penguatan motivasi belajar dari pendidik dapat dilihat pada bagan
berikut:
1.1
Rekayasa pedagogis pendidik
3.1
Penguatan motivasi:
Hadiah, hukuman, dan lain-lain
3.2.
Penghayatan motivasi:
Tambah semangat, berkompetensi, berkooperasi dalam belajar
|
Peta konsep Emansipasi kemandirian
sepanjang hayat[23]
Adapun maksud dari bagan tersebut yaitu melukiskan prilaku belajar yang
mengandung motivasi belajar, yang dikelolah oleh pendidik dan dihayati oleh peserta
didik. Bagan tersebut melukiskan hal berikut:
1.
Pendidik adalah pendidik
yang berperan dalam rekayasa pedagogis. Ia menyusun desain pembelajaran, dan
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Pendidik bertindak membelajarkan
peserta didik yang memiliki motivasi instrinsik.
2.
Peserta didik adalah
pebelajar yang paling berkepentingan dalam menghayati belajar. Ada peserta
didik yang telah berkeinginan memperoleh pengalaman, keterampilan dan
pengetahuan sejak kecil. Peserta didik tersebut memiliki motivasi instrinsik. Peserta
didik yang lain baru memiliki keinginan memperoleh pengalaman, keterampilan,
dan pengetahuan berkat teman sebayanya. Mereka inoi memiliki motivasi
ekstrinsik.
3.
Dalam proses belajar
mengajar, pendidik melakukan tindakan mendidik seperti memberi hadiah, memuji,
menegur, menghukum, atau memberi nasihat. Tindakan pendidik tersebut berarti
menguatkan motivasi intrinsik, tindakan guru juga tersebut berarti mendorong
peserta didik belajar, suatu penguatan motivasi ekstrinsik. Peserta didik
tertarik belajar karena ingin memperoleh hadiah atau menghindari hukuman.
4.
Dengan belajar yang
bermotivasi, peserta didik memperoleh hasil belajar. Hasil belajar dapat
dikategorikan sebagai hasil belajar sementara, bagian, tak lengkap, atau yang
lengkap. Dari segi rekayasa, maka hasil belajar tersebut dibedakan menjadi dua
yaitu dampak pengajaran dan dampak pengiring.
5.
Dampak pengajaran adalah
hasil belajar yang segera dapat diukur dan terwujud.
6.
Dampak pengiring adalah
unjuk kerja siswa setelah mereka lulus ujian atau merupakan transfer hasil
belajar di sekolah. Dampak pengiring merupakan sarana untuk melakukan
emansipasi kemandirian peserta didik.
7.
Setelah peserta didik
lulus, maka sebaiknya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi hingga
sepanjang hayat.
8.
Dengan memprogramkan
belajar sendiri secara berkesinambungan, maka ia memperoleh hasil belajar atas
tanggung jawab sendiri. Ditinjau dari segi peserta didik sebagai peserta didik,
maka emansipasi kemandirian berupa rangkaian program belajar sepanjang hayat.[24]
Dalam interaksi belajar mengajar, motivasi merupakan faktor pendorong
dalam belajar untuk meraih prestasi bagi peserta didik. Sedangkan bagi pendidik,
hal tersebut merupakan upaya pengembangan dan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Maka dari itu motivasi
sangat penting ditumbuhkan dan dimiliki bahkan ditingkatkan oleh setiap peserta
didik.
Pendidik dan orang tua adalah motivator untuk anak-anak dan peserta
didiknya. Motivasi berfungsi untuk:
1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.
2. Mengarahkan perbuatan pada pencapaian tujuan yang diharapkan.
3. Menggerakkan cepat atau lambatnya pekerjaan seseorang.[25]
Dalam garis besarnya penulis sepakat dengan pendapat Hamalik bahwa motivasi
dalam pengajaran mengandung nilai-nilai sebagai berikut.
1.
Motivasi menentukan tingkat
berhasil atau gagalnya perbuatan belajar murid.
2.
Pengajaran yang bermotivasi
pad hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan,
motif, minat yang ada pada peserta didik.
3.
Pengajaran yang bermotivasi
menuntut kreativitas dan imajinasi pendidik untuk berusaha secara
sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan sesuai guna membangkitkan
dan memelihara motivasi belajar peserta didik.
4.
Berhasil atau gagalnya
dalam membangkitkan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran erat pertaliannya
dengan pengaturan disiplin kelas.
5.
Asas motivasi menjadi salah
satu bagian yang integral daripada asas-asas mengajar.[26]
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan
prilaku individu, termasuk individu yang sedang belajar. Berdasarkan beberapa
pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi memiliki peranan
penting dalam proses pembelajaran utamanya dalam menentukan hal-hal yang dapat
dijadikan sebagai kekuatan dalam kegiatan belajar mengajar, mengerucutkan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, serta mentukan ketekunan belajar yang
akan melahirkan prestasi belajar.
Adapun beberapa judul penelitian yang relevan dengan penelitian ini
yaitu:
1. Kontribusi pengelolaan pembelajaran terhadap peningkatan
motivasi belajar siswa MA DDI Kanang oleh Rahmatiah.
2. Peranan Buku Paket Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa di MI DDI Lapeo Kec. Campalagian Kab.Polewali Mandar oleh Nurlianta Masa.
3. Peranan wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar bidang
studi pendidikan Agama Islam (PAI) oleh Ati Cela
E.
Variabel
dan Definisi Operasional
1. Variabel
Adapun
variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Pengunaan
Power Point dalam Pembelajaran Bahasa
Arab.
b. Meningkatkan
Motivasi Belajar.
2.
Definisi
operasional
Untuk
menghindari kesalah pahaman serta terjadinya multi tafsir dari judul penelitian
“ Pengunaan Power Point dalam
Pembelajaran Bahasa Arab untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik MAN
2 Parepare.” Maka penulis perlu memaparkan defenisi operasional yang dimaksud
oleh penulis dari beberapa istilah tersebut sebagai berikut:
a. Penggunaan power
point dalam pembelajaran bahasa Arab.
Power
point adalah sebuah program komputer yang berupa slide
dan pada umumnya digunakan untuk presentasi. Adapun yang dimaksud oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah sebuah media presentasi yang dibuat dengan desain
menarik dan bervaritif dalam pembelajaran bahasa Arab.
b.
Peningkatan
motivasi belajar.
Dalam
pembelajaran dengan berbasis media presentasi ini peserta didik akan diupayakan
adanya peningkatan motivasi belajar peserta didik dalam belajar bahasa Arab.
Untuk mengukur tingkat motivasi peserta didik, peneliti menggunakan tiga
indikator yaitu perhatian, partisipasi, dan keberadaan di kelas dengan
klasifikasi jawaban sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah. Ketiga
komponen tersebut merupakan tolok ukur peningkatan motivasi belajar peserta
didik kelas XI IPA1 MAN 2 Parepare.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan jenis Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
Penelitian
Tindakan Kelas yang disingkat dengan PTK ini didefinisikan oleh Hopki bahwa PTK
adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku
tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam
melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik
pembelajaran.[1]
Sedangkan menurut Suyanto, PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki
dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.[2]
Penelitian
tindakan bertujuan untuk memberikan kontribusi kepada kepedulian praktis dari
orang dalam situasi problematis secara langsung dan untuk tujuan lebih lanjut
dari suatu ilmu sosial (termasuk pendidikan) secara serempak.[3]
PTK
ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan motivasi belajar peserta
didik dalam mengikuti pelajaran bahasa Arab. Dalam setiap siklus ada empat
komponen yang sangat penting yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Hal tersebut dapat dilihat dengan jelas pada gambar berikut ini.
Perencanaan
|
Refleksi
|
Pelaksanaan
|
Pengamatan
|
Perencanaan
|
Pelaksanaan
|
Refleksi
|
Pengamatan
|
?
|
Gambar
1. Bagan siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)[4]
B. Tempat
Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Parepare
untuk mata pelajaran bahasa Arab kelas XI IPA1.
C. Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2012.
D. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam
PTK ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA1
yang terdiri atas 24 peserta didik dengan komposisi perempuan 13 peserta didik
dan laki-laki 11 peserta didik.[5]
Sedangkan
objek penelitian dalam penelitian ini dibedakan atas dua macam, yaitu:
1.
Objek yang
mencerminkan proses yaitu tindakan yang dilakukan berikut perangkat-perangkat
pendukungnya ( penggunaan power point
).
2.
Objek yang
mencerminkan produk yaitu masalah pembelajaran yang diharapkan mengalami
peningkatan dan tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran yang dilakukan (
motivasi belajar )
E. Persiapan PTK
Sebelum
melaksanakan PTK ini maka akan dibuat berbagai input instrumental yang
akan digunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK, yaitu
1. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Lembar
pengamatan prilaku peserta didik dalam proses pembelajaran pada siklus 1 dan 2
3. Design Materi dalam bentuk power
point
F. Sumber Data
Sumber
data dalam PTK ini yaitu peserta didik dengan tujuan untuk mendapatkan data
tentang motivasi belajar dan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam PTK umumnya dikumpulkan jenis data
kuantitatif dan data kualitatif. Data tersebut digunakan untuk menggambarkan
perubahan yang terjadi.[6] Dalam
Penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:
1.
Observasi
Teknik
ini dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas peserta didik dalam pembelajaran
dan implementasi pembelajaran bahasa Arab berbasis Power Point. Observasi ini dilaksanakan dengan menggunakan lembar
observasi untuk mengukur tingkat motivasi belajar peserta didik dalam proses
pembelajaran bahasa Arab.
2.
Kuesioner
Teknik
ini untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran bahasa
Arab berbasis Power Point. Kuesioner
ini dilaksanakan dengan membagikan angket kepada peserta didik setiap
pembelajaran berakhir.
3.
Treatment
Treatmen
adalah memberikan perlakuan kepada peserta didik untuk mengetahui peningkatan
motivasi belajar dalam pembelajaran bahasa Arab. Adapun bentuk perlakuan yang
akan diberikan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk Penelitian Tindakan
Kelas ( PTK ). Seperti yang telah dijelaskan bahwa PTK ini menggunakan dua
siklus dan masing-masing siklus dilaksanakan dengan satu kali tatap muka.
Dengan demikian, dalam PTK ini ada dua kali tatap muka. Treatmen dalam setiap pertemuan dapat dilihat berikut ini:
a.
Pertemuan pertama
1)
Membuka
pelajaran dengan appersepsi
2)
Menyebutkan
pokok bahasan dengan indikator pembelajaran
3)
Menjelaskan
pelajaran dengan PowerPoint
4)
Mengadakan
pendalaman materi dengan feed beck
test
5)
Membuat
kesimpulan materi
6)
Membagikan
lembar kuesioner untuk dijawab oleh setiap peserta didik
7)
Menutup
pelajaran dengan memotivasi belajar di rumah
b.
Pertemuan kedua
1)
Membuka
pelajaran dengan appersepsi
2)
Membacakan pokok
bahasan dengan indikator pembelajaran
3)
Menjelaskan
pelajaran dengan PowerPoint
4)
Mengadakan
pendalaman materi dengan feed back
5)
Membagikan
lembar kuesioner untuk dijawab oleh setiap peserta didik
6)
Mengadakan
pengamatan terhadap prilaku peserta didik
7)
Menutup
pelajaran dengan memotivasi belajar di rumah
H.
Teknik
Analisis Data
Data
yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus
penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik prsentase
untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam proses pembelajaran.
1.
Implementasi
pembelajaran berbasis power point:
dengan menganalisis tingkat keberhasilan implementasi media power point kemudian dikategorikan dalam
klasifikasi berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.
2.
Motivasi
belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata dari kuesioner kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi,
sedang, dan rendah.
3.
Aktivitas
peserta didik dalam proses belajar mengajar bahasa Arab (BA): dengan
menganalisis tingkat respon peserta didik dalam proses pembelajaran BA melalui
observasi. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
Data
yang bersifat kualitatif berupa informasi, analisisnya diuraikan dalam bentuk kalimat.
Sedangkan data yang bersifat kuantitatif, penulis menggunakan perumusan untuk
menafsirkan data sebagai berikut
P =
x
100%
Keterangan :
P :
Presentase jawaban
F :
Frekuensi jawaban responden
N :
Jumlah responden
100% : Bilangan tetap[7]
I.
Kriteria
Keberhasilan
Yang
menjadi kriteria keberhasilan dalam PTK ini adalah jika nilai rerata variabel
yang diukur oleh kuesioner motivasi (variabel motivasi) mencapai nilai rerata
80% dari 100%.
J.
Prosedur
Penelitian
Prosedur
yang akan dilaukan dalam penelitian ini sebagaimana yang telah digambarkan pada
siklus sebelumnya. Penelitian tindakan ini direncanakan terdiri dari dua siklus,
kedua siklus ini mmerupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan, artinya
pelaksanaan siklus II merupakan lanjutan dan perbaikan berdasarkan refleksi
siklus I.
Setiap
siklus rencana dilaksanakan satu kali pertemuan. Tiap siklus dilaksanakan
sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti yang telah didesain dalam
faktor yang diselidiki. Pelaksanaan kedua siklus tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Siklus I
1.
Perencanaan
Pada tahap ini, langkah-langkah yang akan
dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
a.
Menelaah materi
pelajaran bahasa Arab semester I kelas XI MAN 2 Parepare Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.
b.
Membuat rencana
pengajaran.
c.
Membuat format
observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran dikelas ketika pelaksanaan
tindakan sedang berlangsung.
d.
Membuat angket
untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran berbasis power point.
e.
Membuat alat
atau media yang diperlukan dalam pembelajaran
2.
Pelaksanaan
Secara umum tindakan yang dilaksanakan secara
operasional dijabarkan sebagai berikut:
a.
Di awal kegiatan
pembelajaran pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan perlengkapan
belajar yang dibutuhkan, memberikan tema dan memotivasi peserta didik untuk
terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang telah ditentukan.
b.
Pendidik
menyampaikan materi pelajaran malalui media yang telah dibuat.
c.
Pendidik
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan media.
3.
Observasi
dan evaluasi
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat
serta melaksanakan evaluasi. Observasi ini dilakukan pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Dari observasi dicatat dalam lembar observasi yang
meliputi kehadiran, kektifan dalam kegiatan belajar, baik bertanya atau memberi
tanggapan, menjawab pertanyaan lisan dari pendidik ataupun teman dan
mempresentasikan hasil belajar.
Selanjutnya
evaluasi dilakukan pada akhir siklus I dengan memberikan quesioner, hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar peserta didik dalam
pelajaran bahasa Arab selama proses siklus I.
4.
Refleksi
Data
hasil observasi dan evaluasi dikumpulkan dan dianalisis. Dengan demikian
peneliti dapat melihat merefleksikan diri , apakah tindakan yang telah
dilakukan dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa Arab peserta didik.
Siklus
II
Siklus
II dilaksanakan seperti dengan siklus I yaitu satu kali pertemuan. Pada dasrnya
hal yang dilakukan pada siklus II ini adalah mengulang kembali tahap-tahap yang
dilakukan pada siklus I. Disamping itu, juga dilakukan sejumlah rencana baru
sesuai dengan pengalaman dan hasil refleksi yang diperoleh pada siklus I.
1.
Perencanaan
Rencana
kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II yaitu:
a.
Merancang
tindakan berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus I.
b.
Membuat rencana
pembelajaran berbasis media power point.
c.
Membuat lembar
observasi dan kuesioner siklus II.
2.
Pelaksanaan
Pada siklus II ini dilakukan langkah-langkah
yang relatif sama dengan siklus I dengan mengadakan beberapa perbaikan yang
dipandang perlu.
a.
Pelaksanaan
bentuk tindakan akhir yang diharapkan dapat memperbaiki kekurangan pada siklus
I.
b.
Dalam penggunaan
power point, materi lebih diperinci
disertai penjelasan yang lebih jelas.
c.
Dalam
pembelajaran, pendidik sekali-kali memberikan motivasi mengenai pentingnya
bahasa Arab.
d.
Diadakan
pengamatan selama pelajaran berlangsung.
e.
Pada akhir
siklus, dibagikan kuesioner sebagaialat evaluasi
f.
Diadakan
refleksi akhir dari semua tindakan yang telah dilakukan.
3.
Observasi
dan evaluasi
Secara
umum, tahap observasi dan evaluasi pada siklus II hampir sama dengan yang
dilaksanakan pada siklus I dengan mengadakan perbaikan yang dipandang perlu. Dalam
siklus ini dianalisis untuk menentukan hasil dan pencapaian tujuan akhir dari
penelitian ini.
4.
Refleksi
Data
hasil observasi dan evaluasi dalam siklus ini dianalisis untuk menentukan
keberhasilan dan kegagalan yang dicapai tujuan akhir dari penelitian ini.
[1] Mansur Muslich, Melaksanakan
PTK itu Mudah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.8
[2] Ibid
[3] Emzir, Metodologi Peneletian
Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif, cet.V, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011), h.235
[4]
Suharsimi Arikuntoro, dkk, Penelitian
Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h.16
[5] Sumber: Data Peserta Didik MAN 2
Parepare Tahun Ajaran 2012-2013
[6] Kunandar, Langkah Mudah
Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, cet.V,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), h.123
[7] Nazir, Metode Penelitian,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h.437
[1] Y. Miarso, dkk, Teknologi
Komunikasi Pendidikan: Pengertian dan Penerapannya di Indonesi, (Jakarta:
CV. Rajawali, 1984), h.46
[2] Asnawir dan Basyiruddin Umar, Media
Pembelajaran, cet. I; (Jakarta; Ciputat Perss, 2002), h.11
[3] Ibid
[4]Abdul Wahab Rosyidi, Media
Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-Malang Press,2009), h. 25-26
[5] Ibid, h. 27-28
[6]Lihat BlognyaTasik, Pengertian
Power Point, (online), (http://tasik-blog.blogspot.com/2009/01/pengertian-power-point.html), diakses pada tanggal 24
Januari 2012
[7]Lihat Anggis’s site, Pengertian
dan Sejarah Power Point, (online), http://anggiii.multiply.com/journal/item/11/Pengertian-dan-sejarah-Microsoft-PowerPoint?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem), diakses pada tanggal 24 Januari 2012
[8]Lihat Anggis’s site, Pengertian
dan Sejarah Power Point, (online), http://anggiii.multiply.com/journal/item/11/Pengertian-dan-sejarah-Microsoft-PowerPoint?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem), diakses pada tanggal 24 Januari 2012
[9] Abdul Wahab Rosyidi, Media
pembelajaran Bahasa Arab, cet.I, (Malang: UIN-Malang Press, 2009), h.106
[10] Lihat Finder Only, Pengertian
Power Point, (online), (http//finder.blogpot.com), diakses pada tanggal 24
Januari 2012
[11]Lihat Finder Only, Pengertian
Power Point, (online), (http://finderonly.com/PowerpointSearchEngine/), diakses pada tanggal 24
Januari 2012
[12] Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Cet IX, (Bandung: Alfabet, 2011),
h.61
[13] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Cet
I, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset, 2011), h.168
[14] Mukhlish Fuadi, Otomatis
Harakat Bahasa Arab menggunakan pemrograman Java, cet.I, (Malang: UIN
Maliki Press, 2010), h.9-10
[15] Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-2, cet ke-9,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h.593
[16] Ibid
[17] Hamzah B. Uno, Teori Motivasi
& Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan, cet.VI, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), h.3
[18] Yudrik Jahja, Psikologi
Perkembangan, Cet.I, (Jakarta: kencana, 2011), h.64-65
[19] Ibid, Judrik Jahja, h. 65
[20] Ibid, h.66
[21] Nurlianta Masa, Peranan Buku
Paket Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di MI DDI Lapeo Kec. Campalagian
Kab.Polewali Mandar, (Skripsi STAIN Parepare, 2010), h.19
[22] [22] A. Malik
Fadjar, Holostika Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2005),
h.188
[23] Dimyati., Mudjiono, Belajar
dan Pemblajaran, cet.IV, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2009), h.94
[24]Ibid h.94-95
[25] Yudrik jahja, Lokc Cit h.
358
[26]Oemar Hamalik, Proses Belajar
Mengajar, Cet. Ke-10, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), , h. 161-162
keren
BalasHapus